Semua laki-laki yang mengaku Muslim, pasti mendambakan seorang pendamping hidup (baca = istri) yang solehah. Tidak terkecuali
terutama saya. Dan salah satu ciri utama istri solehah tentu saja
selalu berusaha senantiasa taat kepada perintah Allah dan menjauhi semua
larangan-Nya. Termasuk urusan menutup aurat atau berhijab.
Sampai beberapa waktu yang lalu, istri saya belum berhijab. Hingga kemudian saya memutuskan untuk melakukan sesuatu untuk merubah itu. Saya memutuskan, dia HARUS berhijab! Tapi tentu saja seperti kebanyakan pembicaraan sensitif seorang suami kepada istri, ini tidak bisa dilakukan dengan asal perintah begitu saja. Harus pake strategi dong…
Saya tidak akan berpanjang lebar, yang pasti bagi Anda yang mendambakan punya istri solehah, silakan Anda contek startegi saya membuat istri saya berhijab. Strategi ini saya bagi menjadi 3 bagian. Semuanya terukur dan terencana…hehehe…
Bagian 1 – Set an example (Memberi contoh)
Seorang suami adalah pemimpin, imam bagi istri dan anak-anaknya. Dan saya percaya, tidak ada pengikut yang buruk, yang ada adalah pemimpin yang buruk. Jadi bagaimana pengikutnya ya tergantung imamnya. Kalau imamnya baik, pengikutnya akan baik. Kalau imamnya buruk, pengikutnya lebih buruk. Sederhana.
Jadi untuk merubah dan memperbaiki hal yang perlu diperbaiki, pertama-tama yang wajib dilakukan adalah merubah dan memperbaiki diri saya sendiri dalam kapasitas saya sebagai imam keluarga.
Okay…this is going to be interesting…
Saya pun mulai memperbaiki diri saya. Pertama, saya berhenti merokok, sebuah kebiasaan yang sudah 20 tahun ada di diri saya. Berhenti bagaimana? Ya berhenti. Langsung stop begitu saja. Bohong besar kalau berhenti merokok adalah hal yang sulit. Seorang lelaki yang mengaku mencintai keluarganya tapi dia tidak berhenti merokok, berarti dia tidak terlalu cinta dengan keluarga dan anak-anaknya dan DIA TIDAK CINTA DENGAN TUHANNYA. Mau protes? Jangan protes, Anda hanya akan mempermalukan diri Anda sendiri kalau protes ke saya karena saya akan mematahkan 1001 argumen Anda hanya dengan 2-3 kalimat.
Anda masih merokok? Berarti Anda bodoh. Jangan protes, akui saja. Semakin Anda protes, semakin Anda tampak bodoh di mata saya.
Sudahlah, berhenti saja merokok. Haram itu.
Kemudian saya berusaha semaksimal mungkin untuk tidak pernah melewatkan sholat fardhu di mesjid, tepat waktu dan berjamaah, apapun alasannya. Saya akan serta-merta berhenti melakukan apapun kegiatan saya begitu terdengar bunyi azan di mesjid.
Dan perubahan-perubahan lainnya yang kalau saya sebutkan satu-satu takutnya malah jadi riya’. Intinya, tidak ada satupun yang bisa kita rubah tanpa terlebih dahulu merubah diri sendiri.
Bagian 2 – Flirting (Menggoda)
Langkah berikutnya adalah “menggoda”. Ya, bukan MEMERINTAH untuk berhijab, melainkan MENGGODA. Bedanya apa? Beda caranya. Saya percaya cara yang berbeda akan memberi hasil yang berbeda. Kalau saya memerintahkan istri saya berhijab, belum tentu dia mau. Malah mungkin akan menimbulkan huru-hara di dalam rumah. Jadi, sy memilih untuk “menggodanya” supaya tertarik untuk berhijab.
Saya mulai mengirimkan gambar2 hijab; kerudung dan gamis via BBM.
“Ma, ini warna gamisnya cocok deh kalo dipake mama. Pasti makin manis kalau mama pake”
“Kerudung ini keliatannya bagus, cuma sayang modelnya kurang cantik. Seandainya mama yang jadi modelnya, pasti jauh lebih bagus kelihatannya”
Yah hal-hal standar seperti itu. Tapi, tentu saja kalau saya yang lakukan tidak sesederhana itu. Kalimat diatas cuma contoh saja. Yang saya lakukan jauh lebih canggih. Tapi itu bukan level Anda, maaf saja…hehehe
Bagian 3 – Execution (Eksekusi)
Langkah ketiga atau terakhir, eksekusi. Skak mati. Kandang paksa (istilah Makassar).
Langkah ini adalah mahakarya saya. Bagaikan tusukan mematikan ke jantung lawan. Seperti Ali bin Abi Thalib yang membongkar benteng Khaibar dengan satu tangan. Laksana Thoriq bin Ziyad yang membakar kapal perangnya di selat Gibraltar. Bagaikan Muhammad Al-Fatih yang menaklukkan konstantinopel dengan memindahkan kapal perangnya melintasi bukit. Intinya, ini adalah langkah yang amat sangat menentukan untuk memenangkan “perang” antara saya dan istri saya…hehehehe
Dan inilah eksekusi saya yang sudah terukur dan terencana --> Saya katakan ke istri saya:
“Saya kagum sama kita’. Kita’ itu punya sifat-sifat yang digambarkan Rasulullah sebagai perempuan yang akan jadi penduduk surga. Jujur, taat sama suami, subur, pandai urus anak, pandai jaga rumah, tidak senang keluar rumah dan pintar menyenangkan suami. Tapi sebenarnya saya agak khawatir langkah kita’ ke surga akan sedikit terhambat karena kita' belum berhijab”
Dan itu adalah eksekusi yang jenius karena sejak saat itu, sampai dengan hari ini, istri saya langsung berhijab dan dia menemukan hobi baru: koleksi kerudung, gamis dll…hehehe :)
Intinya, kalau ingin merubah orang lain dan lingkungan kita, hal pertama yang perlu dilakukan adalah merubah diri sendiri dulu. Baru kemudian kita melakukan perubahan-perubahan tersebut dengan cara-cara yang baik. Wallahualam...
Nb: kita’ adalah panggilan hormat atau panggilan sayang untuk “Anda” atau “Kamu” di Makassar.
Semoga bermanfaat
Sampai beberapa waktu yang lalu, istri saya belum berhijab. Hingga kemudian saya memutuskan untuk melakukan sesuatu untuk merubah itu. Saya memutuskan, dia HARUS berhijab! Tapi tentu saja seperti kebanyakan pembicaraan sensitif seorang suami kepada istri, ini tidak bisa dilakukan dengan asal perintah begitu saja. Harus pake strategi dong…
Saya tidak akan berpanjang lebar, yang pasti bagi Anda yang mendambakan punya istri solehah, silakan Anda contek startegi saya membuat istri saya berhijab. Strategi ini saya bagi menjadi 3 bagian. Semuanya terukur dan terencana…hehehe…
Bagian 1 – Set an example (Memberi contoh)
Seorang suami adalah pemimpin, imam bagi istri dan anak-anaknya. Dan saya percaya, tidak ada pengikut yang buruk, yang ada adalah pemimpin yang buruk. Jadi bagaimana pengikutnya ya tergantung imamnya. Kalau imamnya baik, pengikutnya akan baik. Kalau imamnya buruk, pengikutnya lebih buruk. Sederhana.
Jadi untuk merubah dan memperbaiki hal yang perlu diperbaiki, pertama-tama yang wajib dilakukan adalah merubah dan memperbaiki diri saya sendiri dalam kapasitas saya sebagai imam keluarga.
Okay…this is going to be interesting…
Saya pun mulai memperbaiki diri saya. Pertama, saya berhenti merokok, sebuah kebiasaan yang sudah 20 tahun ada di diri saya. Berhenti bagaimana? Ya berhenti. Langsung stop begitu saja. Bohong besar kalau berhenti merokok adalah hal yang sulit. Seorang lelaki yang mengaku mencintai keluarganya tapi dia tidak berhenti merokok, berarti dia tidak terlalu cinta dengan keluarga dan anak-anaknya dan DIA TIDAK CINTA DENGAN TUHANNYA. Mau protes? Jangan protes, Anda hanya akan mempermalukan diri Anda sendiri kalau protes ke saya karena saya akan mematahkan 1001 argumen Anda hanya dengan 2-3 kalimat.
Anda masih merokok? Berarti Anda bodoh. Jangan protes, akui saja. Semakin Anda protes, semakin Anda tampak bodoh di mata saya.
Sudahlah, berhenti saja merokok. Haram itu.
Kemudian saya berusaha semaksimal mungkin untuk tidak pernah melewatkan sholat fardhu di mesjid, tepat waktu dan berjamaah, apapun alasannya. Saya akan serta-merta berhenti melakukan apapun kegiatan saya begitu terdengar bunyi azan di mesjid.
Dan perubahan-perubahan lainnya yang kalau saya sebutkan satu-satu takutnya malah jadi riya’. Intinya, tidak ada satupun yang bisa kita rubah tanpa terlebih dahulu merubah diri sendiri.
Bagian 2 – Flirting (Menggoda)
Langkah berikutnya adalah “menggoda”. Ya, bukan MEMERINTAH untuk berhijab, melainkan MENGGODA. Bedanya apa? Beda caranya. Saya percaya cara yang berbeda akan memberi hasil yang berbeda. Kalau saya memerintahkan istri saya berhijab, belum tentu dia mau. Malah mungkin akan menimbulkan huru-hara di dalam rumah. Jadi, sy memilih untuk “menggodanya” supaya tertarik untuk berhijab.
Saya mulai mengirimkan gambar2 hijab; kerudung dan gamis via BBM.
“Ma, ini warna gamisnya cocok deh kalo dipake mama. Pasti makin manis kalau mama pake”
“Kerudung ini keliatannya bagus, cuma sayang modelnya kurang cantik. Seandainya mama yang jadi modelnya, pasti jauh lebih bagus kelihatannya”
Yah hal-hal standar seperti itu. Tapi, tentu saja kalau saya yang lakukan tidak sesederhana itu. Kalimat diatas cuma contoh saja. Yang saya lakukan jauh lebih canggih. Tapi itu bukan level Anda, maaf saja…hehehe
Bagian 3 – Execution (Eksekusi)
Langkah ketiga atau terakhir, eksekusi. Skak mati. Kandang paksa (istilah Makassar).
Langkah ini adalah mahakarya saya. Bagaikan tusukan mematikan ke jantung lawan. Seperti Ali bin Abi Thalib yang membongkar benteng Khaibar dengan satu tangan. Laksana Thoriq bin Ziyad yang membakar kapal perangnya di selat Gibraltar. Bagaikan Muhammad Al-Fatih yang menaklukkan konstantinopel dengan memindahkan kapal perangnya melintasi bukit. Intinya, ini adalah langkah yang amat sangat menentukan untuk memenangkan “perang” antara saya dan istri saya…hehehehe
Dan inilah eksekusi saya yang sudah terukur dan terencana --> Saya katakan ke istri saya:
“Saya kagum sama kita’. Kita’ itu punya sifat-sifat yang digambarkan Rasulullah sebagai perempuan yang akan jadi penduduk surga. Jujur, taat sama suami, subur, pandai urus anak, pandai jaga rumah, tidak senang keluar rumah dan pintar menyenangkan suami. Tapi sebenarnya saya agak khawatir langkah kita’ ke surga akan sedikit terhambat karena kita' belum berhijab”
Dan itu adalah eksekusi yang jenius karena sejak saat itu, sampai dengan hari ini, istri saya langsung berhijab dan dia menemukan hobi baru: koleksi kerudung, gamis dll…hehehe :)
Intinya, kalau ingin merubah orang lain dan lingkungan kita, hal pertama yang perlu dilakukan adalah merubah diri sendiri dulu. Baru kemudian kita melakukan perubahan-perubahan tersebut dengan cara-cara yang baik. Wallahualam...
Nb: kita’ adalah panggilan hormat atau panggilan sayang untuk “Anda” atau “Kamu” di Makassar.
Semoga bermanfaat
0 komentar:
Posting Komentar