Anda sudah pernah melihat dan menyaksikan prosesi penguburan?
Banyak diantara manusia, termasuk saya juga, yang kadang lupa bahwa suatu saat nanti akan mati, cepat atau lebih cepat lagi. Kita masih sering bertindak dan berperilaku berdasarkan standar-standar duniawi yang sama sekali tidak membawa manfaat bagi kehidupan setelah kematian. Seringkali kemuliaan-kemuliaan dunialah yang mempengaruhi suasana hati dan tindakan-tindakan kita. Bangga bila dipuji, senang ketika banyak harta, silau oleh jabatan dan status sosial dll. Kita lupa bahwa dunia hanyalah persinggahan dan semua yang kita lakukan dan miliki di dunia ini akan dimintai pertanggung-jawaban kelak.
Bayangkanlah Anda mati…
Silakan pilih dengan cara apapun Anda senang mati. Pokoknya mati.
Orang-tua, suami/istri, anak-anak, keluarga, sahabat, teman-teman, sepupu-sepupu, om-om, tante-tante, keluarga jauh, keluarga dekat dll semua menangisi “kepergian” Anda. Padahal Anda pulang, bukannya pergi.
Ada yang nangis karena betulan sedih, ada yang nangis karena ikut-ikutan, ada yang nangis karena semata-mata terbawa suasana. Ada juga yang pura-pura nangis biar dibilangin ikut sedih, padahal dia nangis dengan susah payah berusaha. Bahkan ada yang tidak nangis dan tidak peduli sama sekali, hanya kebetulan saja ada di rumah duka. Yah, memang begitu kok. Wajar saja. Kita pun kadang juga tidak peduli kalo ada seseorang yang kita tidak kenal mati. Mati adalah hal wajar. Orang bermatian tiap hari. Suatu hari nanti giliran kita. Bisa hari ini, bisa besok. Biasa aja lageee...
Anda dimandikan. Bagi Anda yang semasa hidupnya makan dan minum seenak hawa nafsunya, Anda nyusahin orang yang hidup saat mayat Anda dimandikan. Anda kelebihan berat badan dan sudah tentu isi perut Anda isinya kotoran semua. Menjijikkan.
Selama hidup Anda menuruti nafsu makan Anda, apapun Anda embat. Alhasil, saat mati, bangkai Anda begitu menjijikkan dan menyusahkan orang lain.
Padahal Rasulullah sudah mengingatkan, seburuk-buruknya tempat adalah perut manusia yang seperti kuburan binatang dan masih boaaanyaaak lagi hadits Nabi tentang makanan dan tata cara makan. Kebiasaan makan berlebih-lebihan bahkan dilarang dengan tegas dalam Al-Qur’an. Tapi yah, karena Anda tidak peduli Al-Qur’an dan apa kata Nabi Anda sendiri, alhasil sudah mati pun Anda masih menzhalimi orang dengan buruknya keadaan jenazah Anda akibat pola makan seenak udel.
Tiba saatnya mayat Anda digotong dengan keranda. Sekali lagi, karena pola makan selama hidup yang hanya mengikuti hawa nafsu tok, keranda itu jadi sangat berat akibat bobot tubuh Anda yang overweight. Jenazah Anda sangat menyusahkan mereka yang mengangkatnya.
Beda dengan Anda yang ketika hidupnya makan dan minum sesuai sunnah Rasulullah. Makan hanya pada saat lapar dan berhenti sebelum terlalu kenyang. Anda makan yang baik-baik, yang halal-halal. Anda makan hanya saat tubuh Anda membutuhkan, bukan karena nafsu Anda yang memerintahkan. Anda makan sesuai adab-adab yang Islami. Ketika matipun, jenazah Anda begitu bersih tanpa banyak kotoran dari dalam perut. Tubuh-tubuh Anda ringan dan berbau sedap. Tidak menyusahkan orang lain. Ah, mulianya Anda. Dalam keadaan mati pun Anda tidak menjadi beban bagi mereka yang Anda tinggal pulang duluan.
Kemudian jenazah Anda disholatkan.
Setelah itu, Anda kembali digotong rame-rame ke pekuburan. Mungkin keluarga Anda sudah menyiapkan lahan pekuburan terbaik dan mahal. Nisan Anda besar dan istimewa. Pake pagar pula. Untuk gengsi-gengsian. Tapi dalamnya sih sama aja dengan yang lain. Gak ngaruh.
Pelan-pelan Anda diturunkan, 3 meter ke dalam tanah. Orang-orang di sekeliling Anda begitu bising, membaca ayat-ayat dan mendoakan Anda. Ada yang betul-betul mendoakan keselamatan bagi kehidupan Anda di alam kubur, banyak juga yang latah amin-amin doang. Ada yang menangis meraung-raung, ada yang terisak-isak, ada yang sekedar menggenangkan air mata, ada juga yang hanya di pinggiran merokok-merokok. Memang begitulah suasana di kuburan kalo ada orang mati, biasa aja lah, tidak ada yang istimewa.
Ketika sudah di bawah, orang mulai mengatur-atur mayat Anda sedemikian rupa biar ngepas di tempat yang sudah disediakan. Dirapat-rapatkan, ditekan-tekan pake papan. Itulah tempat tidur terakhir bagi Anda, lebarnya 1x2 meter dan bahkan dipas-pasin biar jenazah Anda gak terlalu banyak ngambil tempat. Sempit banget pokoknya.
Spring bed nyaman nan empuk dalam kamar ber-AC yang wangi dan bebas nyamuk sudah jadi kenangan, gak bisa dibawa masuk ke dalam liang kubur. Padahal dulu Anda bela-belain nabung untuk beli tempat tidur itu. Sekarang mungkin Anda menyesali, duit sebanyak itu harusnya bisa jadi pelita penerang Anda di alam kubur ini seandainya saja disedekahkan. Hanya saja, saat itu mana kepikiran? Iya kan?
Beda dengan Anda yang selalu mengingat dan mengikuti gaya hidup Rasulullah, seorang pemimpin besar yang bisa saja menggenggam dunia dan bergelimang harta, namun memilih kehidupan yang amat sangat sederhana. Banyak sudah emas, perak, dinar dan dirham dihadiahkan bagi beliau di pagi hari, namun sudah habis disedekahkan sebelum siang hari. Kuburan bagi orang-orang ini adalah tempat yang luas dan terang. Beraroma sedap dan sejuk.
Kalo sudah beres, tiba saatnya Anda ditimbun. Beberapa orang dengan sekop di tangan, menuangkan tanah ke lubang kuburan Anda. Satu sekop, dua sekop, tiga sekop dan seterusnya…
Pelan-pelan Anda ditimbun berpuluh-puluh kilogram tanah. Sampai Anda tidak terlihat lagi oleh mereka, untuk selama-lamanya sampai kiamat. Beberapa orang seketika itu melupakan Anda. Hanya orang-orang terdekat yang masih sedih. Tapi toh pada akhirnya tiba waktunya mereka balik pulang.
Sebelum suara alas kaki mereka hilang dari pendengaran Anda, sudah ada dua malaikat yang nyamperin, nanya-nanyain Anda.
“Siapa Rabbmu?”
Eits, jangan salah. Masa-masa bohong Anda sudah lewat. Di alam kubur sudah gak bisa bohong lagi. Kita gak bisa serta merta menjawab “Allah” hanya supaya malaikat senang. Gak bisa gitu, bos!
Coba ingat-ingat lagi…
Selama hidup Anda tidak menuhankan Allah. Anda tidak bersandar hanya kepada Allah. Anda menganggap yang memberikan uang, pekerjaan, harta, rezeki, ilmu, mobil, motor, makanan, minuman dan lain-lain adalah orang-tua, istri, suami, saudara, bos, partai, lurah, camat, bupati, relasi, gubernur, menteri, presiden, ketua PBB dll. Anda memaki-maki Tuhan dan agama saat ditimpa nasib malang, mulai dari kehilangan istri/suami, kehilangan pekerjaan sampai kehilangan sendal jepit pun Anda tidak segan-segan mengucap sumpah serapah. Anda mengeluhkan penyakit, mengeluhkan hinaan orang dan mengeluhkan kekurangan harta. Hidup Anda hanya berisi keluhan dan makian. Tanpa sedikitpun mengingat bahwa SEGALA SESUATU TERJADI HANYA ATAS IZIN ALLAH SWT dan pasti ada hikmah dibalik itu.
Dan Anda sangat malas sholat! Panggilan adzan terlalu mengganggu kuping Anda. Begitu malasnya Anda menyembah Sang Pencipta. Sekarang baru Anda mau mengakui Dia sebagai Tuhan Anda? Sebaiknya Anda ikut stand-up comedy karena Anda lucu sekali!
Sekarang ketika ditanya “Siapa Rabbmu?”, Anda mau jawab “Allah”, gitu? Hehehe, jangan ngelawak!
Beda dengan Anda yang semasa hidup begitu ridho atas apa yang diberikan Allah. Banyak atau sedikitnya harta tidak mengurangi senyum di wajah Anda. Ketika senang Anda bersyukur, ketika sengsara Anda bersabar. Senantiasa menebar manfaat dan kebaikan bagi orang-orang di sekeliling Anda. Selalu menjalin silaturrahmi dan menasehati kawan-kawan agar terhindar dari maksiat dan kemungkaran.
Soal sholat, jangan ditanya lagi. Sholat fardhu 5 waktu pun tidak cukup bagi Anda karena setiap saat merindu pada Allah. Anda begitu syahdu menghidupkan malam-malam dengan berdiri, ruku’, sujud dan meminta ampun hanya kepada Allah saat semua mahluk masih terlelap. Semua Anda lakukan semata untuk mencari ridho-Nya. Pandangan mata Anda tidak pernah lepas dari tujuan akhir hidup, yaitu surga.
Untuk orang-orang inilah, Allah meneguhkan mereka dengan kalimat yang mantap ketika ditanyakan, “Siapa Rabb-mu?”
Next question is: “Siapakah manusia yang diutus padamu?”
Apa jawaban Anda?
Semua orang sih pengennya jawab, “Muhammad”. Pengennya siiih…
Tapi mohon maaf, bagi Anda yang semasa hidup tidak pernah menghidupkan sunnah-sunnah Nabi, mengabaikan ajaran-ajaran hidup beliau dan cuek terhadap teladan yang ditinggalnya, lidah Anda akan kelu untuk menjawab pertanyaan itu.
Beda dengan Anda yang mencintai Rasulullah lebih dari Anda mencintai diri sendiri. Senantiasa bershalawat sebagai tanda rindu yang amat sangat. Kehidupan Anda lewati hari demi hari dengan berusaha keras meniru teladan Rasulullah, mengasah dan menyempurnakannya setiap hari agar bisa mendekati akhlak beliau. Untuk orang-orang inilah, sekali lagi Allah akan meneguhkannya dengan kalimat yang mantap.
Dalam hadits disebutkan, bagi Anda yang tidak mampu menjawab kedua pertanyaan tersebut dengan mantap, Anda akan melewati hari-hari dalam kuburan dengan sengsara. Diperlihatkan semua amal keburukan Anda, ditiupkan angin neraka sebagai “tester” tempat Anda nantinya di akhirat kelak. Semua harta yang Anda tumpuk-tumpuk akan dikalungkan di leher Anda menjadi beban yang memberatkan Anda. Mau menyesal juga sudah telat. Setiap hari Anda akan menangis merintih sambil memohon, “Yaa Tuhan…jangan kiamat dulu”.
Bagi Anda yang diridhoi oleh Allah, kehidupan di alam kubur terasa sejuk dan adem. Harta yang Anda sedekahkan, Al-Qur’an yang Anda baca dan amal-amal perbuat Anda menjadi pelita penerang dan teman setia Anda. Diperlihatkan dan ditiupkan bagi Anda angin dari surga yang segar dan harum baunya. Setiap hari Anda tersenyum sambil berkata, “Tidak sabar rasanya menanti datangnya saat perjumpaan dengan kekasih hati baginda Rasulullah SAW…”
Semoga bermanfaat
Banyak diantara manusia, termasuk saya juga, yang kadang lupa bahwa suatu saat nanti akan mati, cepat atau lebih cepat lagi. Kita masih sering bertindak dan berperilaku berdasarkan standar-standar duniawi yang sama sekali tidak membawa manfaat bagi kehidupan setelah kematian. Seringkali kemuliaan-kemuliaan dunialah yang mempengaruhi suasana hati dan tindakan-tindakan kita. Bangga bila dipuji, senang ketika banyak harta, silau oleh jabatan dan status sosial dll. Kita lupa bahwa dunia hanyalah persinggahan dan semua yang kita lakukan dan miliki di dunia ini akan dimintai pertanggung-jawaban kelak.
Bayangkanlah Anda mati…
Silakan pilih dengan cara apapun Anda senang mati. Pokoknya mati.
Orang-tua, suami/istri, anak-anak, keluarga, sahabat, teman-teman, sepupu-sepupu, om-om, tante-tante, keluarga jauh, keluarga dekat dll semua menangisi “kepergian” Anda. Padahal Anda pulang, bukannya pergi.
Ada yang nangis karena betulan sedih, ada yang nangis karena ikut-ikutan, ada yang nangis karena semata-mata terbawa suasana. Ada juga yang pura-pura nangis biar dibilangin ikut sedih, padahal dia nangis dengan susah payah berusaha. Bahkan ada yang tidak nangis dan tidak peduli sama sekali, hanya kebetulan saja ada di rumah duka. Yah, memang begitu kok. Wajar saja. Kita pun kadang juga tidak peduli kalo ada seseorang yang kita tidak kenal mati. Mati adalah hal wajar. Orang bermatian tiap hari. Suatu hari nanti giliran kita. Bisa hari ini, bisa besok. Biasa aja lageee...
Anda dimandikan. Bagi Anda yang semasa hidupnya makan dan minum seenak hawa nafsunya, Anda nyusahin orang yang hidup saat mayat Anda dimandikan. Anda kelebihan berat badan dan sudah tentu isi perut Anda isinya kotoran semua. Menjijikkan.
Selama hidup Anda menuruti nafsu makan Anda, apapun Anda embat. Alhasil, saat mati, bangkai Anda begitu menjijikkan dan menyusahkan orang lain.
Padahal Rasulullah sudah mengingatkan, seburuk-buruknya tempat adalah perut manusia yang seperti kuburan binatang dan masih boaaanyaaak lagi hadits Nabi tentang makanan dan tata cara makan. Kebiasaan makan berlebih-lebihan bahkan dilarang dengan tegas dalam Al-Qur’an. Tapi yah, karena Anda tidak peduli Al-Qur’an dan apa kata Nabi Anda sendiri, alhasil sudah mati pun Anda masih menzhalimi orang dengan buruknya keadaan jenazah Anda akibat pola makan seenak udel.
Tiba saatnya mayat Anda digotong dengan keranda. Sekali lagi, karena pola makan selama hidup yang hanya mengikuti hawa nafsu tok, keranda itu jadi sangat berat akibat bobot tubuh Anda yang overweight. Jenazah Anda sangat menyusahkan mereka yang mengangkatnya.
Beda dengan Anda yang ketika hidupnya makan dan minum sesuai sunnah Rasulullah. Makan hanya pada saat lapar dan berhenti sebelum terlalu kenyang. Anda makan yang baik-baik, yang halal-halal. Anda makan hanya saat tubuh Anda membutuhkan, bukan karena nafsu Anda yang memerintahkan. Anda makan sesuai adab-adab yang Islami. Ketika matipun, jenazah Anda begitu bersih tanpa banyak kotoran dari dalam perut. Tubuh-tubuh Anda ringan dan berbau sedap. Tidak menyusahkan orang lain. Ah, mulianya Anda. Dalam keadaan mati pun Anda tidak menjadi beban bagi mereka yang Anda tinggal pulang duluan.
Kemudian jenazah Anda disholatkan.
Setelah itu, Anda kembali digotong rame-rame ke pekuburan. Mungkin keluarga Anda sudah menyiapkan lahan pekuburan terbaik dan mahal. Nisan Anda besar dan istimewa. Pake pagar pula. Untuk gengsi-gengsian. Tapi dalamnya sih sama aja dengan yang lain. Gak ngaruh.
Pelan-pelan Anda diturunkan, 3 meter ke dalam tanah. Orang-orang di sekeliling Anda begitu bising, membaca ayat-ayat dan mendoakan Anda. Ada yang betul-betul mendoakan keselamatan bagi kehidupan Anda di alam kubur, banyak juga yang latah amin-amin doang. Ada yang menangis meraung-raung, ada yang terisak-isak, ada yang sekedar menggenangkan air mata, ada juga yang hanya di pinggiran merokok-merokok. Memang begitulah suasana di kuburan kalo ada orang mati, biasa aja lah, tidak ada yang istimewa.
Ketika sudah di bawah, orang mulai mengatur-atur mayat Anda sedemikian rupa biar ngepas di tempat yang sudah disediakan. Dirapat-rapatkan, ditekan-tekan pake papan. Itulah tempat tidur terakhir bagi Anda, lebarnya 1x2 meter dan bahkan dipas-pasin biar jenazah Anda gak terlalu banyak ngambil tempat. Sempit banget pokoknya.
Spring bed nyaman nan empuk dalam kamar ber-AC yang wangi dan bebas nyamuk sudah jadi kenangan, gak bisa dibawa masuk ke dalam liang kubur. Padahal dulu Anda bela-belain nabung untuk beli tempat tidur itu. Sekarang mungkin Anda menyesali, duit sebanyak itu harusnya bisa jadi pelita penerang Anda di alam kubur ini seandainya saja disedekahkan. Hanya saja, saat itu mana kepikiran? Iya kan?
Beda dengan Anda yang selalu mengingat dan mengikuti gaya hidup Rasulullah, seorang pemimpin besar yang bisa saja menggenggam dunia dan bergelimang harta, namun memilih kehidupan yang amat sangat sederhana. Banyak sudah emas, perak, dinar dan dirham dihadiahkan bagi beliau di pagi hari, namun sudah habis disedekahkan sebelum siang hari. Kuburan bagi orang-orang ini adalah tempat yang luas dan terang. Beraroma sedap dan sejuk.
Kalo sudah beres, tiba saatnya Anda ditimbun. Beberapa orang dengan sekop di tangan, menuangkan tanah ke lubang kuburan Anda. Satu sekop, dua sekop, tiga sekop dan seterusnya…
Pelan-pelan Anda ditimbun berpuluh-puluh kilogram tanah. Sampai Anda tidak terlihat lagi oleh mereka, untuk selama-lamanya sampai kiamat. Beberapa orang seketika itu melupakan Anda. Hanya orang-orang terdekat yang masih sedih. Tapi toh pada akhirnya tiba waktunya mereka balik pulang.
Sebelum suara alas kaki mereka hilang dari pendengaran Anda, sudah ada dua malaikat yang nyamperin, nanya-nanyain Anda.
“Siapa Rabbmu?”
Eits, jangan salah. Masa-masa bohong Anda sudah lewat. Di alam kubur sudah gak bisa bohong lagi. Kita gak bisa serta merta menjawab “Allah” hanya supaya malaikat senang. Gak bisa gitu, bos!
Coba ingat-ingat lagi…
Selama hidup Anda tidak menuhankan Allah. Anda tidak bersandar hanya kepada Allah. Anda menganggap yang memberikan uang, pekerjaan, harta, rezeki, ilmu, mobil, motor, makanan, minuman dan lain-lain adalah orang-tua, istri, suami, saudara, bos, partai, lurah, camat, bupati, relasi, gubernur, menteri, presiden, ketua PBB dll. Anda memaki-maki Tuhan dan agama saat ditimpa nasib malang, mulai dari kehilangan istri/suami, kehilangan pekerjaan sampai kehilangan sendal jepit pun Anda tidak segan-segan mengucap sumpah serapah. Anda mengeluhkan penyakit, mengeluhkan hinaan orang dan mengeluhkan kekurangan harta. Hidup Anda hanya berisi keluhan dan makian. Tanpa sedikitpun mengingat bahwa SEGALA SESUATU TERJADI HANYA ATAS IZIN ALLAH SWT dan pasti ada hikmah dibalik itu.
Dan Anda sangat malas sholat! Panggilan adzan terlalu mengganggu kuping Anda. Begitu malasnya Anda menyembah Sang Pencipta. Sekarang baru Anda mau mengakui Dia sebagai Tuhan Anda? Sebaiknya Anda ikut stand-up comedy karena Anda lucu sekali!
Sekarang ketika ditanya “Siapa Rabbmu?”, Anda mau jawab “Allah”, gitu? Hehehe, jangan ngelawak!
Beda dengan Anda yang semasa hidup begitu ridho atas apa yang diberikan Allah. Banyak atau sedikitnya harta tidak mengurangi senyum di wajah Anda. Ketika senang Anda bersyukur, ketika sengsara Anda bersabar. Senantiasa menebar manfaat dan kebaikan bagi orang-orang di sekeliling Anda. Selalu menjalin silaturrahmi dan menasehati kawan-kawan agar terhindar dari maksiat dan kemungkaran.
Soal sholat, jangan ditanya lagi. Sholat fardhu 5 waktu pun tidak cukup bagi Anda karena setiap saat merindu pada Allah. Anda begitu syahdu menghidupkan malam-malam dengan berdiri, ruku’, sujud dan meminta ampun hanya kepada Allah saat semua mahluk masih terlelap. Semua Anda lakukan semata untuk mencari ridho-Nya. Pandangan mata Anda tidak pernah lepas dari tujuan akhir hidup, yaitu surga.
Untuk orang-orang inilah, Allah meneguhkan mereka dengan kalimat yang mantap ketika ditanyakan, “Siapa Rabb-mu?”
Next question is: “Siapakah manusia yang diutus padamu?”
Apa jawaban Anda?
Semua orang sih pengennya jawab, “Muhammad”. Pengennya siiih…
Tapi mohon maaf, bagi Anda yang semasa hidup tidak pernah menghidupkan sunnah-sunnah Nabi, mengabaikan ajaran-ajaran hidup beliau dan cuek terhadap teladan yang ditinggalnya, lidah Anda akan kelu untuk menjawab pertanyaan itu.
Beda dengan Anda yang mencintai Rasulullah lebih dari Anda mencintai diri sendiri. Senantiasa bershalawat sebagai tanda rindu yang amat sangat. Kehidupan Anda lewati hari demi hari dengan berusaha keras meniru teladan Rasulullah, mengasah dan menyempurnakannya setiap hari agar bisa mendekati akhlak beliau. Untuk orang-orang inilah, sekali lagi Allah akan meneguhkannya dengan kalimat yang mantap.
Dalam hadits disebutkan, bagi Anda yang tidak mampu menjawab kedua pertanyaan tersebut dengan mantap, Anda akan melewati hari-hari dalam kuburan dengan sengsara. Diperlihatkan semua amal keburukan Anda, ditiupkan angin neraka sebagai “tester” tempat Anda nantinya di akhirat kelak. Semua harta yang Anda tumpuk-tumpuk akan dikalungkan di leher Anda menjadi beban yang memberatkan Anda. Mau menyesal juga sudah telat. Setiap hari Anda akan menangis merintih sambil memohon, “Yaa Tuhan…jangan kiamat dulu”.
Bagi Anda yang diridhoi oleh Allah, kehidupan di alam kubur terasa sejuk dan adem. Harta yang Anda sedekahkan, Al-Qur’an yang Anda baca dan amal-amal perbuat Anda menjadi pelita penerang dan teman setia Anda. Diperlihatkan dan ditiupkan bagi Anda angin dari surga yang segar dan harum baunya. Setiap hari Anda tersenyum sambil berkata, “Tidak sabar rasanya menanti datangnya saat perjumpaan dengan kekasih hati baginda Rasulullah SAW…”
Semoga bermanfaat
0 komentar:
Posting Komentar